Rabu, 20 Maret 2013

Ramah Itu Mudah

Setelah menikah kemarin aku sempat tinggal di rumah mertua selama kurang lebih empat bulan karena rumah yang akan kami tempati belum selesai dibereskan. Alhasil selama itu aku harus beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal suamiku. Kebetulan suamiku tinggal di sebuah komplek perumahan yang kebanyakan warganya adalah pekerja kantoran. Meskipun begitu, warga komplek tersebut cukup welcome satu sama lain termasuk denganku si pendatang baru. Tak perlu waktu lama untuk bisa akrab dengan warga komplek tersebut.

Tak jarang aku diminta bantuan untuk mengantarkan si ibu A berbelanja ke toko ini, mencarikan agen haji/umroh untuk si bapak B, membantu belajar si adik C, mengikuti pengajian komplek dan masih banyak lagi sambutan-sambutan hangat lain dari warga komplek. Semua itu aku kerjakan semampuku. Jika sekiranya aku memang mampu dan sedang luang, pasti aku tidak akan menolak permintaan-permintaan tersebut. Tapi jika aku tidak mampu atau tidak luang maka aku akan menyampaikan ke mereka apa adanya.

Begitu juga sebaliknya, jika aku sedang membutuhkan bantuan, selalu saja Allah berikan kemudahan. Misal ketika aku membutuhkan pinjaman laptop maka ada saja tetangga yang mau meminjamkan. Pun ketika aku sedang membutuhkan teman ngobrol, ada saja tetangga yang mau meluangkan waktunya untuk menemaniku ngobrol. Sering pula ada tetangga yang memberikan bingkisan untuk kami, entah itu makanan/oleh-oleh dari luar kota, baju baru dan sebagainya. Aku jadi semakin yakin, sungguh Allah itu benar-benar selalu melapangkan rizki bagi orang-orang yang mau berbuat baik.

Aku juga teringat kata-kata Bapak yang hingga saat ini masih terngiang-ngiang di telingaku, "Dadiyo wong grapyak, nok, ben uwong-uwong ki gampang nyedhak." Yang jika dibahasa indonesiakan kurang lebih seperti ini bunyinya, "Jadilah orang yang ramah, nak, agar orang-orang mudah mendekat." Benar saja, dengan senjata senyum ramah yang tulus serta sapaan santun setiap bertemu warga komplek, semakin banyak warga yang memberikan balasan dengan sambutan baik pula. Hmmm...jadi semakin yakin bahwa ramah itu mudah. ^_^



Pict: google.com


Selasa, 19 Maret 2013

Belajar Maaf Memaafkan Dari Siswa TK

Saat masih duduk di bangku kuliah semester 3, aku sempat bekerja sebagai asisten guru TK selama kurang lebih satu semester di sebuah TK di Yogyakarta. Aku bekerja dari hari senin hingga sabtu. Pekerjaanku sehari-hari tidak lain tidak bukan adalah membantu ibu guru untuk menyiapkan alat-alat belajar siswa. 

Aku  tidak diperkenankan untuk mengajar karena memang konsentrasiku bukan di pendidikan guru taman kanak-kanak dan statusku waktu itu hanyalah mahasiswa magang. Namun sesekali ibu guru mempersilakan aku untuk menyampaikan materi pelajaran pada siswa. Hanya sesekali namun benar-benar memberikan pengalaman mengajar yang luar biasa. Terimakasih, bu. Hehe... ^_^

Sebenarnya aku tidak ingin bercerita panjang lebar tentang pekerjaanku di TK waktu itu. Yang ingin kuceritakan kali ini adalah tentang betapa mudahnya anak-anak itu maaf memaafkan satu sama lain di usia mereka yang tergolong masih sangat dini. 

Salah satu contohnya adalah pernah suatu siang seorang siswa laki-laki (aku lupa namanya hehe ^_^) yang dianggap paling aktif (baca: nakal ^_^)  memain-mainkan dan akhirnya menumpahkan isi kotak pensil kawannya yang juga laki-laki. Sontak si anak yang merasa isi kotak pensilnya tumpah marah sejadi-jadinya dan memukuli teman yang yang menumpahkan tersebut. 

Yang membanggakan, si anak yang telah menumpahkan isi kotak pensil temannya tersebut dengan gentleman-nya berkata, "Mit yo aku ra sengojo." (Maaf ya aku tidak sengaja) sembari mengajukan tangan kanan untuk mengajak bersalaman. Akhirnya keluluhanpun terjadi pada si korban kotak pensil tumpah. Dengan tulusnya ia memberikan maaf untuk temannya tersebut dan merekapun saling bersalaman dan memaafkan.

Ooohhh...betapa terharunya aku dan bu guru siang itu. Anak yang dianggap paling nakalpun tak merasa berat untuk meminta maaf pada temannya. Begitu juga sebaliknya, dengan mudahnya ia memberikan permintaan maaf dan setelah itu mereka kembali bermain bersama seakan-akan tidak ada perkelahian sebelumnya. Semuanya seakan berjalan tulus dan mulus. ^_^

Pernah juga ada seorang siswa perempuan yang memang hobi sekali memelukku (sejak kehadiran pertamaku di TK, siswa itu memang langsung dekat denganku) tiba-tiba tak sengaja melepaskan manik-manik yang ada di kerudungku. Jelas saja aku refleks memasang muka masam sambil berkata, "Yaaahhh lepas deh manik-maniknya." Tiba-tiba siswa itu melepaskan pelukannya dan berdiri di depanku sambil berkata pelan, "Bu guruuu maaf, aku nggak sengaja. Maaf yaaa bu guru." 

Aku yang dihadapi kata-kata tersebut malah ingin menitikkan air mata (namun kutahan karena gengsi dong di depan murid masa bu gurunya nangis, ntar dibilang cengeng sama muridnya hehehe ^_^) sambil memeluknya kembali dan kuelus kepalanya. Kukatakan padanya, "Nggak papa sayang, kan nggak sengaja. Bu guru maafin kok sayang." Seketika anak itu tersenyum dan malah memberikanku sebuah ciuman di pipi. Terharu... T.T

Itulah sekelumit cerita tentang betapa mudahnya anak-anak itu saling maaf memaafkan. Sebenarnya masih banyak perilaku para siswa yang membuatku semakin bercermin dan berkata dalam hati, "Apakah aku sudah memaafkan orang yang pernah minta maaf padaku? Apakah aku sudah meminta maaf pada orang yang sudah aku kecewakan?"  Hmmm...memang sedikit tertohok saat mereka (para siswa TK) itu tiba-tiba menjabat tangan kawannya untuk meminta maaf dan tiba-tiba mereka sudah bermain bersama lagi. Sungguh sangat mengharukan. 

Semoga kita yang dewasa dapat menauladani sikap hebat mereka tersebut. Mulai detik ini, hilangkan yuk rasa sungkan untuk meminta maaf dan munculkanlah ketulusan untuk memaafkan. Tak ada salahnya kita sama-sama belajar dan saling mengingatkan. Ingat, Allah itu Maha Pengampun. Semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat. ^_^



Pict: google.com

Senin, 18 Maret 2013

Untukmu Wahai SUPRA FIT-ku

Aaahhh...tak terasa sudah hampir satu dasawarsa kau menemaniku. Sejak aku masih memakai baju putih abu-abu hingga kini hampir menjadi seorang ibu. Ingat sekali waktu itu ibuk dan bapak membelimu untuk menghadiahiku. Sebuah hadiah atas prestasi kecilku juga untuk sarana transportasiku.

Setiap pagi kau selalu siap menemaniku berangkat menuntut ilmu. Kurang lebih jarak 3 km dari rumahku. Sesampainya di sekolah, kuparkirkan kau bersama dengan milik teman-temanku. Dengan setia kau menunggu hingga usai pelajaranku. Segera kuambil kau dari ruang parkir dan kembali kau siap mengantarku pulang ke rumah. Begitulah pekerjaanmu setiap hari.

Sesekali di waktu senggang, kau juga tak segan menemani aku dan ibuk untuk sekedar berkeliling kota atau berbelanja. Maklumlah ibuk memang sudah tidak berani mengendaraimu sendirian di jalan raya akibat sebuah trauma yang belum hilang hingga saat ini. Jadi akulah yang bertugas mengendaraimu untuk memboncengkan beliau. ^_^

Waktu semakin berlalu, tak terasa selesai sudah pendidikanku di bangku menengah atas dan aku melanjutkan pendidikan tingkat universitas. Kau masih saja setia mendampingiku meskipun jarak yang kita tempuh semakin jauh dibandingkan saat menengah atas dulu. Kurang lebih 20 km. Itulah jarak dari rumah ke kampusku. Kalau ditambah dengan jarak pulang, berarti setiap harinya kita berdua menempuh jarak 40 km. 

Dalam perjalanan, tak jarang kita bertemu dengan cuaca ekstrim yang mengharuskanmu mengeluarkan tenaga ekstra untuk melewati tiupan badai dan genangan banjir yang sering terjadi di wilayah dekat kampusku. Sungguh aku benar-benar menyimpan rasa bangga padamu. Badan kecilmu sungguh terlalu tangguh untuk melewati ini semua.

Pernah suatu ketika aku merasa iri pada teman-temanku yang memiliki tunggangan yang lebih bagus dan tentu saja lebih mahal darimu. Aku merasa kau sudah ketinggalan zaman dan tidak keren lagi.  Tapi bagaimanapun juga aku tidak dapat menggantikanmu dengan yang lain. Selain aku sudah nyaman denganmu, bapak dan ibuk juga tidak mungkin dengan seketika membelikan penggantimu karena memang ekonomi kami yang serba pas-pasan waktu itu.

Kini aku sudah mendapatkan pendamping yang sesungguhnya yaitu Kak Juan yang kini menjadi suamiku. Meski demikian kau masih saja turut serta mendampingiku kemanapun melaju. Kadang aku sangat iba terhadapmu. Tak jarang ban belakangmu kempes karena tak kuat menopang berat tubuh kami yang bisa dikatakan super besar. ^_^

Entah hadiah apa yang bisa kuberikan kepadamu. Yang pasti usiamu kini sudah semakin tua. Kulitmu sudah semakin kusam dan badanmu sudah semakin bobrok. Mungkin jika bisa bicara, kau akan mengatakan, "Cukup Mita, aku sudah lelah." Maafkan aku. Maafkan aku wahai SUPRA FIT-ku. Bagaimanapun jasamu sangat besar untukku. Aku akan tetap merawat dan menyayangimu.




Sabtu, 09 Maret 2013

Biar Suami Tambah Sayang Istri (Berbagi Pengalaman)

Hi, all...
Hari ini Mita akan berbagi pengalaman tentang bagaimana caranya agar suami semakin sayang dan semakin betah hidup bersama kita (istri).
Ini adalah pengalaman pribadi Mita, jadi jika ada hal-hal yang kurang sesuai dan ada beberapa di antara pembaca yang kurang berkenan, silakan beri masukan kepada kami. Monggo silakan dibaca, semoga bermanfaat dan menginspirasi:
  • Suami itu senang dicium dan dipeluk, jadi daratkanlah ciuman dan pelukan kepadanya kapan saja terutama ketika ia akan melakukan aktivitas pekerjaan agar ia lebih bersemangat dalam beraktivitas.
  • Selalu ucapkan terimakasih saat dia sudah membantu kita dalam hal apapun.
  • Kurangi sikap mengeluh di hadapannya, karena beban pikiran suami pasti akan bertambah berat jika kita terlalu sering mengeluh di hadapannya.
  • Pujilah dengan pujian sewajarnya agar ia semakin termotivasi untuk membahagiakan kita.
  • Elus dan pijatlah ia jika dia terlihat kelelahan.
  • Berikanlah ia makanan yang dimasak sang istri dengan penuh cinta.
  • Selalu doakanlah ia agar selalu dilindungi dan diberi kebaikan oleh Tuhan.
  • Telepon atau SMS-lah ia ketika sedang berada jauh dari kita.
  • Ajaklah ia sesekali untuk bermain permainan masa kecil bersama.
  • Berdiskusilah untuk menentukan segala hal.
Itulah beberapa masukan dari Mita untuk sahabat sekalian.  Semoga Allah menghitungnya sebagai amal baik kita. Terimakasih. ^_^



Selasa, 05 Maret 2013

Mita, Dari Masa Ke Masa



Mita 3 SD


Mita 1 SD


Mita 1 SD



Mita TK

29+29+29=23 (???)

Rabu yang ceraaahhh...Sudah selesai mengerjakan pekerjaan rumah dan kini adalah saatnya berceritaaa... *_*
Hmmm...pasti pada penasaran ya dengan judul di atas? Angka-angka itu merupakan angka spesial bagi MJ. Angka pada kalender masehi yang selalu mengingatkan peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan MJ.

29 yang pertama maksudnya adalah tanggal 29 April 2007 yaitu waktu dimana pertama kalinya MJ bertemu dan akhirnya berkenalan. Tempatnya tidak lain tidak bukan adalah di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul sesaat setelah terjadinya kecelakaan yang dialami oleh Alan (adik kandung Kak Juan). Hehehe...sampai sekarang MJ selalu menjadikan tempat itu menjadi tempat yang bersejarah. ^_^

29 yang kedua maksudnya adalah tanggal 29 Mei 1988 yaitu waktu dimana Mita dilahirkan. Ya, 24 tahun silam Ibuk melahirkanku di RSUP. Dr. Sardjito dengan selamat dan sehat. ^_^

29 yang ketiga maksudnya adalah tanggal 29 Juni 1986 yaitu waktu dimana Kak Juan dilahirkan. Menurut akta kelahirannya sih, Kak Juan dilahirkan di Ternate dan tentu saja dengan sehat dan selamat pula. ^_^

Nah,untuk angka yang terakhir ini, angka 23 maksudnya adalah tanggal 23 Agustus 2012 yang merupakan hari bahagia MJ. Tepat puku 09.00 WIB bertempat di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, Kak Juan mengucapkan ijab qabulnya untukku yang dipimpin langsung oleh Bapak. ^_^

Awalnya, MJ sudah memilih tanggal 29 juga untuk menikah agar menjadi rangkaian angka cantik jika diurutkan dari tanggal sejak pertama kali MJ bertemu. Namun karena satu dan lain hal, maka tanggal pernikahan MJ dimajukan menjadi tanggal 23. Tapi tak apalah, yang penting hingga detik ini MJ hidup bahagia dengan segala kesederhanaan, nikmat serta barakah dari Allah.

Well, guys...itulah beberapa angka yang menjadi simbol peristiwa-peristiwa penting. Benar-benar terkejut ketika sadar bahwa angka di tanggal MJ pertama kali bertemu dan tanggal lahir MJ ternyata sama-sama 29.  Jadilah dengan berbagai keisengan, MJ memformulasikan 29+29+29=23. Hahaha...^_^

Yeah...Allah-lah yang mengetahui segala rahasia kehidupan kita. Lahir, tumbuh dan mati adalah sebuah rangkaian proses yang harus dijalani oleh setiap makhluk Allah. Biarlah angka-angka cantik itu menjadi simbol penghias kehidupan MJ. Semoga Allah selalu membahagiakan kita. ^_^












Hujan dan Segenap Cinta

Hari ini adalah hari selasa. Hari dimana kami melakukan kesibukan masing-masing seperti hari-hari biasanya. Aku bekerja di lantai atas dengan segenap peralatan tempurku (sapu, kompor, panci, piring, sendok dan magic com ^_^) dan Kak Juan bekerja di lantai bawah dengan segenap monitor, keyboard dan CPU-nya.

Seperti biasa,kami memulai pagi dengan Sholat Subuh. Saat kubuka jendela, ternyata jalanan basah dengan hujan. Kupikir sisa hujan semalam, namun setelah kuamati dengan seksama (maklum hari masih gelap ^_^) ternyata masih terdapat alunan merdu sang rintik hujan. Aaahhh...menikmati derai merdu rintik hujan di pagi hari memang sangat menyejukkan dan menenangkan hati. ^_^

Selepas Sholat Subuh, Kak Juan segera memasak air di panci dan aku segera bersiap menanak nasi. Di dapur kecil inilah aktivitas pagi kami dimulai setiap harinya. Dan Kak Juan selalu dengan senang hati membantu aktivitas dapurku. Hug for u dear... *.*

Hari ini aku tidak memasak lauk dan sayur karena ayam goreng dan sayur lodeh kiriman dari mama Kak Juan kemarin masih ada di kulkas. Jadilah pagi ini aku hanya memasak air dan nasi. Jendela sengaja ku buka lebar-lebar agar aku dapat mendengar merdunya rintik hujan dan merasakan sejuknya pagi hujan. Sambil kudengarkan lantunan indah murottal dari Muhammad Thaha Junayd (Qori' favorit MJ) dan rintik merdu sang hujan, aku segera menjalankan aktivitas menyapuku. ^_^

Setelah merasa cukup dalam membantuku di dapur, Kak Juan segera melangkah turun ke lantai satu untuk menyapu dan membersihkan ruang kerjanya. Satu hal yang membuatku sangat bangga padanya adalah dia selalu menyapu dan membersihkan sendiri ruang kerjanya tanpa meminta bantuanku. Itulah salah satu pelajaran saling menghargai yang selalu dicontohkannya.

Setelah selesai tugasku menyapu dan beres-beres di lantai dua, segera kusiapkan sarapan pagi untuknya. Kusiapkan sepiring nasi, sayur dan ayam goreng. Sembari menyaksikan deras hujan, kami melahap sarapan kami dalam sepiring nasi beserta lauk dan sayurnya. Itulah kebiasaan kami, makan dalam satu piring. ^_^

Hingga petang ini, saat tanganku mulai asyik meliuk di atas tombol keyboard ini hujan masih saja berdendang. Kadang merintik dan tak jarang pula menderas. Hujan benar-benar telah menemani seluruh aktivitasku hari ini. Sejak ayam berkokok lantang hingga saat ayam kembali ke peraduan.

Aaahhh...hujan dan cinta Kak Juan benar-benar sebuah kombinasi yang indah untuk menambah energiku hari ini. Semoga aku dapat belajar menjadi Hamba Allah yang taat kepada agamaku dan tentu saja kepada tulang rusukku. Terimakasih Allah, atas segarnya hujan sehari ini dan atas segenap cinta yang Kau titipkan pada Kak Juan suamiku. Semoga aku tidak pernah lupa untuk selalu bersyukur. ^_^







Senin, 04 Maret 2013

Ini Dia Para Orangtua Hebat Yang Berhasil Membahagiakan MJ

Ini ceritanya besan ketemu besan yang lagi hang out bareng. Ibuk -Bapak (Mita) dan Mamah-Bapak (Kak Juan) memang selalu heboh kalo lagi ketemuan. Ada aja bahan yang diomongin. Mulai kisah masa kecil sampe diskusi tentang kelangsungan hidup masa depan. Hahahaha... ^o^

Beliau-beliau ini benar-benar para orangtua yang meginspirasi. Dari latar belakang dan karakter yang berbeda (Ibuk-Bapak PNS, Mamah-Bapak Wirausaha) mereka selalu asyik bertukar pikiran tentang pengalaman masing-masing. Tidak saling membantah, malah saling berbagi dan memberi masukan satu sama lain.

Satu hal yang membuat mereka kompak adalah mereka memiliki hobi yang sama yaitu naik gunung dan jalan-jalan. Makanya, di medan terjal seperti ini (foto diambil di kebun samping rumah Mbah Kakung ^_^) beliau-beliau tetap enjoy naik turun tangga dan melewati bebatuan terjal. Hadeeehhh... Buah jatuh memang selalu tak jauh dari pohonnya yaaa.-_- Makanya MJ juga hobi banget naik gunung dan jalan-jalan.^_^

Hmmm...itulah sejumput cerita tentang orangtua dan mertua kami yang super kompak. Ridho dari merekalah yang membuat MJ bertahan dengan bahagia dan penuh syukur hingga detik ini. Bagaimanapun beliau-beliau merupakan orangtua hebat yang telah melahirkan, mengasuh dan membesarkan kami. Jadi MJ selalu berdoa pada Allah agar selalu membahagiakan mereka dan memuliakan mereka. MJ sayang kalian... Aamiin. ^_^

اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا.
“Alloohummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa”.

Artinya :
 “Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”











Keterangan:

Ibuk : Kerudung hijau
Mamah : Kerudung abu-abu
Bapak (Mita) : Berkacamata
Bapak (Juan) : Berjenggot

Grey,Flower and Umbrella







Minggu, 03 Maret 2013

Dari Gunung Ke Gunung (Juan's Diary)

Bebersih lemari dan nemu buku harian Kak Juan yang berisi catatan tentang pendakiannya dari gunung ke gunung. Tidak banyak memang,tapi cukup meyakinkanku bahwa Kak Juan benar-benar hebat!!!Hahaha... *o*
  1. Gunung Merapi    2911 Mdpl      (Liburan Semester II Kelas II MTW 1999)
  2. Gunung Merbabu 3142 Mdpl      (17 Agustus 2000)
  3. Gunung Slamet     3428 Mdpl      (9-10 Januari 2001)
  4. Gunung Merbabu 3142 Mdpl      (Idul Adha 2001)
  5. Gunung Merbabu 3142 Mdpl      (Setelah digundul 2001)
  6. Gunung Merbabu 3142 Mdpl      (17 Agustus 2001)
  7. Gunung Lawu      3265 Mdpl      (1-2 Januari 2002)
  8. Gunung Merbabu 3142 Mdpl      (25 Januari 2002)
  9. Gunung Sindoro   3153 Mdpl      (25-26 Februari 2002)
  10. Gunung Merapi    2911 Mdpl      (21-22 Maret 2002)
  11. Gunung Merapi    2911 Mdpl      (24-25 Juni 2002)
  12. Gunung Slamet     3428 Mdpl      (1-2 Juli 2002)
  13. Gunung Semeru    3676 Mdpl      (13-17 Juli 2002)
  14. Gunung Sindoro    3153 Mdpl     (12-13 September 2002)
  15. Lupa ^_^
  16. Gunung Lawu       3265 Mdpl      (17-18 April 2003)
  17. Lupa ^_^
  18. Gunung Merapi     2965 Mdpl      (Lupa ^_^)
  19. Di tahun 2003 ada beberapa gunung lagi yang didaki tapi tidak tercatat di buku harian jadi lanjut aja yaaa...^_^
  20. Gunung Bromo      2393 Mdpl     (2004)
  21. Gunung Semeru     3676 Mdpl     (2004)
  22. Gunung Rinjani      3726 Mdpl     (2005)
  23. Gunung Semeru     3676 Mdpl     (2005)
  24. Gunung Lawu        3265 Mdpl     (31 Juli-1 Agustus 2007 bareng aku ^_^)
  25. Gunung Merapi      2968 Mdpl     (17 Agustus 2007)

Well,itulah guys,sekelumit catatan pendakian seorang Juan Awwaluddin Ichsan. Sebenarnya masih ada beberapa pendakian yang dilakukan Kak Juan, tapi sayang beberapa pendakian itu tidak tercatat di buku hariannya. Kini aku tahu mengapa Kak Juan bisa menjadi orang kuat yang selalu bersyukur dan tidak pernah mengeluh.

Hal itu merupakan salah satu hasil pembelajaran dari hobinya mendaki gunung. Perjalanan panjang, terjal dan berliku, suhu dingin serta bertahan hidup di alam terbuka merupakan sebuah rangkaian proses yang harus dilalui seorang pendaki untuk mencapai puncak kejayaan.

Dan pelajaran itulah yang diterapkannya di kehidupan nyata termasuk kepadaku. Untuk mendapatkan sebuah kesuksesan dan kemuliaan,kita harus melalui berbagai macam tahap yang disebut proses.

Terimakasih sayang atas seluruh pelajaran hidup yang telah kau bagi untukku. Begitu rapinya kau susun perjalanan panjangmu dalam mensyukuri segala ciptaan-Nya. Mulai dari tanggal, nama gunung, hingga ketinggiannyapun takluput kau tulis rapi tanpa diketik.

Semoga aku dapat selalu belajar menjalani proses ini dengan baik dan teratur. It was so amazing, dear...Aku benar-benar mencinta proses kehidupanmu sayang... *o* 












Jumat, 01 Maret 2013

Menunda Yaaa???

Di usia pernikahan kami yang memasuki bulan ke tujuh ini mulai muncul pertanyaan-pertanyaan menggelitik, "Kok belum hamil sih sampai sekarang? Menunda yaaa?" Pertanyaan-pertanyaan itulah yang terkadang membuat kami hanya menghadiahkan senyum manis untuk si penanya. *Aslinya tertohok juga sih* Huhuhu... T.T

Awalnya aku merasa tidak nyaman dengan pertanyaan-pertanyaan semacam ini. Risih lebih tepatnya. Namun lagi-lagi Kak Juan mengeluarkan jurus mautnya untuk menghiburku. "Neng sayang..." Begitulah kata pembuka yang selalu dipakai untuk meluluhkan hatiku. Hihihi ^^ Lanjuuuttt...*Sambil ngelus kepalaku* "Neng tahu kenapa orang-orang itu nanya gitu ke kita? Kalau aku bilang sih, berarti orang-orang itu perhatian sama kita. Jadi ngapain juga sedih dan dibikin pusing? Jawab aja apa adanya. Percuma aja mengeluh. Bikin capek. Lha wong kita masih punya Allah kok." *Uwooo...mata berkaca-kaca sambil pasang senyum manis* Hihihi ^^ Bener-bener lumer deh kalo Kak Juan sudah mulai pasang aksi meluk sambil ngelus kepala gitu. Lupyu darl... *.*

Alhamdulillah hingga saat ini kami (MJ) masih sangat menunggu kehadiran si buah hati untuk melengkapi keluarga kecil kami. Ibarat puzzle, belum tampak bentuknya jika ada satu bagian yang belum terpasang. Begitu pula dengan aku dan Kak Juan. Hingga saat ini kami masih menanti bagian yang tersembunyi itu.  

Sungguh tidak ada niatan sama sekali untuk menunda kehadiran si buah hati. Sebagian usaha duniawi sudah kami jalankan dan semoga Allah menghitungnya sebagai ikhtiar kami (Insya Allah). Tak lupa kami juga selalu menyematkan sebaris doa dalam setiap waktu kami agar segera dikarunia keturunan yang cerdas, sholih dan sholihah. ^_^

So, kalau sekarang masih ada orang yang bertanya seperti itu maka akan kujawab, "Alhamdulillah hingga saat ini kami belum diamanahi momongan. Masih dikasih kesempatan untuk menikmati hidup berdua. Hehe.. Allah yang mengatur semua jadwal kehidupan kita. Jadi kita tunggu saja surprise dari Allah. Alhamdulillah juga kami tidak menunda untuk memiliki momongan. Semoga seluruh usaha dan doa kami dihitung sebagai ikhtiar oleh Allah." *Sambil ngasih senyum paling manis* ^_^

Hmmm...bahagianya punya sesosok suami yang bisa menjadi media penguat hati. Kecup muach deh untuk Kak Juan! XOXO *.*  Begitu pula bapak-ibuk dan bapak-mamah. Meskipun aku yakin mereka sangat menantikan kehadiran seorang cucu (maklumlah kami sama-sama anak pertama) ^^, tapi mereka tidak pernah menyinggung tentang keadaan kami saat ini. Kalau sekedar bertanya dan mengungkapkan keingininan untuk memiliki cucu sih itu sudah wajar untuk seorang calon nenek dan kakek yang sangat sayang dan memperhatikan putra-putrinya. Salam rindu untuk bapak-ibuk dan bapak-mamah. ^^

Untuk para sahabat yang sekiranya punya kasus seperti MJ, yuk yuk yuk...mulai sekarang kita ubah mindset. Yang awalnya masih menganggap bahwa orang-orang itu menohok kita, kita ubah pola pikir kita bahwa orang-orang itu perhatian dengan keadaan kita. Keep smile guys... Kita nikmatin aja dulu masa-masa indah berdua sambil nabung sedikit-sedikit untuk shodaqoh dan membeli keperluan si baby kelak. Yang penting nggak putus doa dan ikhtiar ya guys...^^